Diet buat Anak ANak Remaja I Cara Turun Berat Badan Aman Sehat I Menguruskan Badan ANak Remaja I Paket Diet Herbalife I Tips Turun Berat Badan Anak Aman Sehat
Saat ini banyak anak yang gemuk dan balita montok yang kelebihan berat badan, dibandingkan berat badan ideal atau mengalami obesitas (Penimbunan jaringan lemak berlebihan) disekitar kita dan jumlahnya semakin meningkat.
Kalau obesitas sudah merupakan sakit. Obesitas ada sekitar 13%, sedangkan overweight ada 60%. Artinya, di kota-kota besar seperti Jakarta menunjukkan dari setiap tiga anak ada dua yang mengalami gizi lebih yaitu satu overweight dan satu obesitas.
Pada 1998, Badan Kesehatan Dunia PBB, WHO memaparkan bahwa obesitas merupakan epidemi global, yang dapat meningkatkan resiko penyakit seperti diabetes, jantung koroner, stroke, hipertensi, penyakit kandung empedu, osteoarthrtis, sleep apnea dan beberapa kanker (ovarium, payudara, usus besar), dan dyslipidemia. Obesitas meningkatkan biaya perawatan kesehatan total dan meningkatkan resiko kematian pada setiap usia.
Karena 15% dari bayi yang obesitas, 25% dari anak prasekolah yang obesitas, dan 50% dari anak usia SD yang obesitas, 80% dari remaja usia 0-14 tahun yang obesitas, akan menjadi dewasa yang obesitas. Lagipula, penyakit stroke pun kini dapat menyerang anak-anak yang kelebihan berat badan.
Saat ini banyak anak yang gemuk dan balita montok yang kelebihan berat badan, dibandingkan berat badan ideal atau mengalami obesitas (Penimbunan jaringan lemak berlebihan) disekitar kita dan jumlahnya semakin meningkat.
Kalau obesitas sudah merupakan sakit. Obesitas ada sekitar 13%, sedangkan overweight ada 60%. Artinya, di kota-kota besar seperti Jakarta menunjukkan dari setiap tiga anak ada dua yang mengalami gizi lebih yaitu satu overweight dan satu obesitas.
Pada 1998, Badan Kesehatan Dunia PBB, WHO memaparkan bahwa obesitas merupakan epidemi global, yang dapat meningkatkan resiko penyakit seperti diabetes, jantung koroner, stroke, hipertensi, penyakit kandung empedu, osteoarthrtis, sleep apnea dan beberapa kanker (ovarium, payudara, usus besar), dan dyslipidemia. Obesitas meningkatkan biaya perawatan kesehatan total dan meningkatkan resiko kematian pada setiap usia.
Karena 15% dari bayi yang obesitas, 25% dari anak prasekolah yang obesitas, dan 50% dari anak usia SD yang obesitas, 80% dari remaja usia 0-14 tahun yang obesitas, akan menjadi dewasa yang obesitas. Lagipula, penyakit stroke pun kini dapat menyerang anak-anak yang kelebihan berat badan.
Penyebab obesitas pada anak bisa karena penyakit (kelainan hormonal, sindrom cushing, prader-willi, genetik/defek gen POMC, defisiensi leptin), namun itu hanya 10%. Penyebab utama anak obesitas terbesar (90%) adalah karena lingkungan yakni asupan energi berlebihan, kurang aktivitas fisik, dan laju metabolismenya rendah.
Penyebab obesitas karena penyakit harus datang diobati dokter, namun bila penyebabnya adalah lingkungan, tentunya hal ini harus dilakukan perubahan pada diri orangtua dan anak.
Beberapa hal negatif penyebab obesitas pada anak:
Perilaku Makan:
Mengkonsumsi makanan tinggi dengan kalori berlebih, makan meskipun tak lapar sambil nonton TV atau bikin PR.
Kurang Aktifitas Fisik:
Tidak beraktifitas secara teratur, jarang/tidak pernah olahraga, perilaku santai seperti sering nonton TV, main game, menggunakan komputer, dan lain-lain.
Lingkungan:
- Tingginya paparan iklan makanan yang mempromosikan makanan berkalori tinggi. Kantin di sekolah dan makanan bergaya barat seperti burger, kentang goreng, ayam goreng, atau restoran yang kerap kali mengiklankan paket makanan berhadiah mainan yang dapat dikoleksi, dan lain-lain. Makanan junkfood yang kaya garam tanpa disadari memicu anak lebih banyak mengkonsumsi soda/softdrink yang manis penuh kalori.
- Lingkungan yang tidak menyediakan ruang terbuka untuk anak-anak bermain dan berolahraga, minim sarana rekreasi, bahkan untuk berjalan kaki tidak ada trotoar yang aman karena dikuasai oleh pedagang kaki lima atau kendaraan.
Hal ini harus menjadi perhatian dan tanggung jawab orangtua untuk menjaga agar anak semakin gemuk. Batasi asupan makanan berlebih, ajak anak beraktifitas fisik dan siapkan bekal dari rumah yang rendah kalori namun bergizi tinggi.
Sebenarnya, selain penyakit, apa buruknya kegemukan bagi anak?
Masalah lainnya adalah pada psikologis anak. Anak yang gemuk cenderung rendah diri, misalnya pada beberapa kasus yang ditangani dokter tersebut adalah sering tidak terpilih oleh kawannya saat pembentukan kelompok saat mata pelajaran olahraga {“Ah jangan Yaya ah, nanti kelompok kita kalah”), bila di kelas ada yang namanya sama maka diberi embel-embel oleh temannya “Yaya 'Ndut” untuk membedakannya dengan anak yang satunya lagi. Anak obesitas juga merasa dirinya lamban dan kurang gesit, mudah mengantuk dan tidur ngorok. Hal-hal demikian seringkali luput dari pengamatan orang tua.
Kembali lagi pada masalah kesehatan, anak gemuk juga pernafasannya (jantungnya) kurang kuat, apalagi yang super gemuk, jantungnya terhimpit lemak. Pernah melihat anak gemuk yang lehernya berlipat berwarna gelap? Itu adalah tanda gangguan hormon, yaitu liver anak tersebut sudah terisi oleh lemak. Bila hal ini sudah terjadi, segera periksakan ke dokter gizi anak untuk mendapatkan penanganan bagaimana mengatasi obesitas pada anak tersebut. Dokter bisa memberi petunjuk bagaimana mengatur pola makan, memberi jadwal makan dan kebutuhan nutrisi untuk mempertahankan berat badan ideal tanpa menghambat tumbuh kembang anak .
Dari segi aktifitas fisik, kurangi aktifitas pasif seperti kebanyakan duduk nonton tv, main komputer atau video games, ajak anak beraktifitas fisik di akhir minggu bersama orang tua seperti pergi berolahraga, jogging, berenang, bersepeda. Dengan menemani anak beraktifitas fisik, orangtua juga lebih sehat dan langsing, dan waktu untuk keluarga sekaligus dinikmati bersama. Di hari biasa, ajak anak memilih minat olahraga 3-5 x seminggu sesuai minatnya, misalnya ikut les/ekskul tenis, menari, bela diri, dll.
Aktifitas fisik juga bisa iintegrasikan dengan kegiatan sehari-hari, misalnya bila sekolah tidak terlalu jauh dari rumah, dengan jalan kaki ke sekolah, menggunakan tangga daripada lift. Tugas-tugas rumah yang bisa dilakukan anak sendiri, biarkan ia melakukannya sendiri, jangan selalu mengandalkan pembantu. Misalnya, menyapu dan membereskan kamar sendiri, menaruh dan merapikan baju yang sudah selesai digosok dalam lemari, membereskan mainan, membersihkan kamar dan lain-lain.
Modifikasilah perilaku makan anak, orangtua harus mengawasi diet anak. Tetapkan target mingguan, bantu anak mengendalikan diri. Hanya boleh makan utama dan selingan pada waktu yang telah ditetapkan (tidak makan setiap saat). Tidak benar bahwa makan sedikit sedikit tapi sering itu bagus dan bisa melangsingkan.
Makan harus ada waktunya teratur (dibuat jadwal). Tidak sesuka-suka dia. Kalau kita mengatur tubuh kita untuk makan pada pagi, siang dan malam artinya enzim dikerahkan pada saat itu. Jadi tidak sepanjang hari dia dipaksa bekerja. Sesuatu yang dipaksa bekerja terus akan rusak.
Kurangi juga godaan (menyimpan semua makanan di tempat yang tidak mudah dicapai. Segera tinggalkan meja makan setelah selesai makan.
Tips untuk Mencegah Obesitas Anak:
- Jangan memaksa anak menghabiskan makanan/minumnya bila sudah kenyang dengan alasan “sayang kalau dibuang.” Lebih baik ajarkan dia untuk mengambil makanan secukupnya.
- Pastikan anak sarapan pagi, sehingga mendapatkan energi yang cukup untuk belajar di sekolah.
- Tawarkan jenis makanan yang bervariasi misalnya biji-bijian, sayuran, buah, susu rendah lemak, daging tanpa lemak, kacang-kacangan
- Kosultasi ke dokter bila ada masalah dengan kebiasaan makan dan berat badan.
- Masaklah dengan sedikit lemak misalnya dengan memanggang, mengukus, merebus, daripada menggoreng
- Batasi asupan gula
- Minumlah air atau susu rendah lemak, hindari konsumsi minuman ringan (soft drink), atau jus buah buahan (mengandung fruktosa/gula buah tinggi)
- Libatkan seluruh anggota keluarga dalam kegiatan seperti jalan sehat, beresepada, berenang bersama, bermain basket, kegiatan outdoor seperti mendaki gunung, outbound, dll.
Orangtua adalah panutan utama anak-anaknya, berilah contoh dengan menciptakan lingkungan makan yang sehat dan menciptakan juga lingkungan yang aktif bergerak. Orangtua jangan pilih pilih makanan juga, anak bisa meniru orangtua yang gemar makan enak namun kalorinya tinggi.
Libatkan seluruh anggota keluarga, termasuk opa-oma si anak, agar mereka juga tahu bahwa anak sedang dalam penanganan obesitas (diet) namun yang terkontrol sehingga tidak menghambat tumbuh kembangnya.
Hal ini harus dikomunikasikan ke semua pihak agar tercipta pengertian demi kebaikan si anak (bayangkan bila anak mengadu lewat telepon ke mertua Anda bahwa dirinya lapar karena di rumah dikasih sedikit makan, dan mertua Anda karena kasihan dan rasa sayang pada sang cucu lalu mengirimkan makanan ke anak anda di rumah dengan jasa delivery restoran tanpa sepengetahuan Anda yang masih sibuk di kantor).
Sebagai penutup, tidak ada obat yang dinyatakan aman untuk bisa menurunkan obesitas pada anak dibawah 12 tahun, hal ini harus diperbaiki dari perubahan pola hidup. (Erabaru/ch)
Produk herbalife untuk diet sehat dan asupan nutrisi sehat silahkan lihat link di bawah.
Perilaku Makan:
Mengkonsumsi makanan tinggi dengan kalori berlebih, makan meskipun tak lapar sambil nonton TV atau bikin PR.
Kurang Aktifitas Fisik:
Tidak beraktifitas secara teratur, jarang/tidak pernah olahraga, perilaku santai seperti sering nonton TV, main game, menggunakan komputer, dan lain-lain.
Lingkungan:
- Tingginya paparan iklan makanan yang mempromosikan makanan berkalori tinggi. Kantin di sekolah dan makanan bergaya barat seperti burger, kentang goreng, ayam goreng, atau restoran yang kerap kali mengiklankan paket makanan berhadiah mainan yang dapat dikoleksi, dan lain-lain. Makanan junkfood yang kaya garam tanpa disadari memicu anak lebih banyak mengkonsumsi soda/softdrink yang manis penuh kalori.
- Lingkungan yang tidak menyediakan ruang terbuka untuk anak-anak bermain dan berolahraga, minim sarana rekreasi, bahkan untuk berjalan kaki tidak ada trotoar yang aman karena dikuasai oleh pedagang kaki lima atau kendaraan.
Hal ini harus menjadi perhatian dan tanggung jawab orangtua untuk menjaga agar anak semakin gemuk. Batasi asupan makanan berlebih, ajak anak beraktifitas fisik dan siapkan bekal dari rumah yang rendah kalori namun bergizi tinggi.
Sebenarnya, selain penyakit, apa buruknya kegemukan bagi anak?
Masalah lainnya adalah pada psikologis anak. Anak yang gemuk cenderung rendah diri, misalnya pada beberapa kasus yang ditangani dokter tersebut adalah sering tidak terpilih oleh kawannya saat pembentukan kelompok saat mata pelajaran olahraga {“Ah jangan Yaya ah, nanti kelompok kita kalah”), bila di kelas ada yang namanya sama maka diberi embel-embel oleh temannya “Yaya 'Ndut” untuk membedakannya dengan anak yang satunya lagi. Anak obesitas juga merasa dirinya lamban dan kurang gesit, mudah mengantuk dan tidur ngorok. Hal-hal demikian seringkali luput dari pengamatan orang tua.
Kembali lagi pada masalah kesehatan, anak gemuk juga pernafasannya (jantungnya) kurang kuat, apalagi yang super gemuk, jantungnya terhimpit lemak. Pernah melihat anak gemuk yang lehernya berlipat berwarna gelap? Itu adalah tanda gangguan hormon, yaitu liver anak tersebut sudah terisi oleh lemak. Bila hal ini sudah terjadi, segera periksakan ke dokter gizi anak untuk mendapatkan penanganan bagaimana mengatasi obesitas pada anak tersebut. Dokter bisa memberi petunjuk bagaimana mengatur pola makan, memberi jadwal makan dan kebutuhan nutrisi untuk mempertahankan berat badan ideal tanpa menghambat tumbuh kembang anak .
Dari segi aktifitas fisik, kurangi aktifitas pasif seperti kebanyakan duduk nonton tv, main komputer atau video games, ajak anak beraktifitas fisik di akhir minggu bersama orang tua seperti pergi berolahraga, jogging, berenang, bersepeda. Dengan menemani anak beraktifitas fisik, orangtua juga lebih sehat dan langsing, dan waktu untuk keluarga sekaligus dinikmati bersama. Di hari biasa, ajak anak memilih minat olahraga 3-5 x seminggu sesuai minatnya, misalnya ikut les/ekskul tenis, menari, bela diri, dll.
Aktifitas fisik juga bisa iintegrasikan dengan kegiatan sehari-hari, misalnya bila sekolah tidak terlalu jauh dari rumah, dengan jalan kaki ke sekolah, menggunakan tangga daripada lift. Tugas-tugas rumah yang bisa dilakukan anak sendiri, biarkan ia melakukannya sendiri, jangan selalu mengandalkan pembantu. Misalnya, menyapu dan membereskan kamar sendiri, menaruh dan merapikan baju yang sudah selesai digosok dalam lemari, membereskan mainan, membersihkan kamar dan lain-lain.
Modifikasilah perilaku makan anak, orangtua harus mengawasi diet anak. Tetapkan target mingguan, bantu anak mengendalikan diri. Hanya boleh makan utama dan selingan pada waktu yang telah ditetapkan (tidak makan setiap saat). Tidak benar bahwa makan sedikit sedikit tapi sering itu bagus dan bisa melangsingkan.
Makan harus ada waktunya teratur (dibuat jadwal). Tidak sesuka-suka dia. Kalau kita mengatur tubuh kita untuk makan pada pagi, siang dan malam artinya enzim dikerahkan pada saat itu. Jadi tidak sepanjang hari dia dipaksa bekerja. Sesuatu yang dipaksa bekerja terus akan rusak.
Kurangi juga godaan (menyimpan semua makanan di tempat yang tidak mudah dicapai. Segera tinggalkan meja makan setelah selesai makan.
Tips untuk Mencegah Obesitas Anak:
- Jangan memaksa anak menghabiskan makanan/minumnya bila sudah kenyang dengan alasan “sayang kalau dibuang.” Lebih baik ajarkan dia untuk mengambil makanan secukupnya.
- Pastikan anak sarapan pagi, sehingga mendapatkan energi yang cukup untuk belajar di sekolah.
- Tawarkan jenis makanan yang bervariasi misalnya biji-bijian, sayuran, buah, susu rendah lemak, daging tanpa lemak, kacang-kacangan
- Kosultasi ke dokter bila ada masalah dengan kebiasaan makan dan berat badan.
- Masaklah dengan sedikit lemak misalnya dengan memanggang, mengukus, merebus, daripada menggoreng
- Batasi asupan gula
- Minumlah air atau susu rendah lemak, hindari konsumsi minuman ringan (soft drink), atau jus buah buahan (mengandung fruktosa/gula buah tinggi)
- Libatkan seluruh anggota keluarga dalam kegiatan seperti jalan sehat, beresepada, berenang bersama, bermain basket, kegiatan outdoor seperti mendaki gunung, outbound, dll.
Orangtua adalah panutan utama anak-anaknya, berilah contoh dengan menciptakan lingkungan makan yang sehat dan menciptakan juga lingkungan yang aktif bergerak. Orangtua jangan pilih pilih makanan juga, anak bisa meniru orangtua yang gemar makan enak namun kalorinya tinggi.
Libatkan seluruh anggota keluarga, termasuk opa-oma si anak, agar mereka juga tahu bahwa anak sedang dalam penanganan obesitas (diet) namun yang terkontrol sehingga tidak menghambat tumbuh kembangnya.
Hal ini harus dikomunikasikan ke semua pihak agar tercipta pengertian demi kebaikan si anak (bayangkan bila anak mengadu lewat telepon ke mertua Anda bahwa dirinya lapar karena di rumah dikasih sedikit makan, dan mertua Anda karena kasihan dan rasa sayang pada sang cucu lalu mengirimkan makanan ke anak anda di rumah dengan jasa delivery restoran tanpa sepengetahuan Anda yang masih sibuk di kantor).
Sebagai penutup, tidak ada obat yang dinyatakan aman untuk bisa menurunkan obesitas pada anak dibawah 12 tahun, hal ini harus diperbaiki dari perubahan pola hidup. (Erabaru/ch)
Produk herbalife untuk diet sehat dan asupan nutrisi sehat silahkan lihat link di bawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar